BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Lalat merupakan salah satu insekta Ordo diptera yang merupakan anggota kelas Hexapoda atau insekta mempunyai jumlah genus dan spesies yang terbesar yaitu mencakup 60-70 % dari seluruh spesies Anthropoda. Lalat dapat mengganggu kenyamanan hidup manusia, menyerang dan melukai hospesnya (manusia atau hewan) serta menularkan penyakit. Mulutnya digunakan sebagai alat untuk menghisap atau menjilat. Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit pada saluran pencernaan makanan. Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung sepesiesnya. Lalat rumah (musca domestica) dapat membawa telur ascaris, spora anthrax dan clostridium tetani. Lalat dewasa dapat membawa telur cacing usus (Ascaris, cacing tambang, Trichuris trichiura, Oxyiuris vermicularis, taenia solium, taenia saginata), Protozoa (Entamoeba histolytica), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Escherichia coli), virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat kecil (Fannia) dapat menularkan berbagai jenis Myasis (Gastric, Intestinal dan Genitourinary). Lalat kandang (Stomoxys calcitrans) merupakan vektor penyakit anthrax, tetanus, yellow fever dan traumatic myasis dan entric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Phaenicia) dapat menularkan Myasis mata, tulang dan organ melalui luka.Lalat daging (Sarcophaga) dapat menularkan Myasis kulit, hidung, jaringan,vagina dan usus14.
Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain Pada saat ini dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.
Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat . Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaat kan oleh manusia. Prinsip dari metode pengendalian lalat adalah pengendalianitu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud percobaan
Adapun maksud maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis lalat yang ada di pemukiman penduduk yang sering kita temui shari-hari .
I.2.2. Tujuan percobaan
1. untuk mengetahui marfologi Antropoda.
2. Agar bisa menyebutkan,menggambarkan,dan menjelaskan morfologi antropoda.
I.3. Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi lalat guna mengetahui morfologi dari telur lalat,,larva/pupa maupun lalat dewasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi lalat
Klasifikasi jenis lalat yang hidup berdekatan dengan manusia adalah
sebagai berikut.
Phylum : arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae, Sarcophagidae, Calliphoridae, dll
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarcophaga, Fannia dll
Spesies : Musca domestika, Stomoxy calcitrans, Phenisia sp, Sarcophaga
sp, Fannia.
Lalat merupakan serangga yang termasuk ordo diptera. Famili yang terpenting dalam ordo diptera antara lain Famili Muscidae, Famili Calliphoridae, dan Famili Oestrida. Musca domestica adalah spesies yang paling merugikan ditinjau dari sudut kesehatan manusia, hal ini disebabkan karena jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah, karena fungsinya sebagai vektor transmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit dan berhubungan erat dengan lingkungan hidup manusia7.
2. Siklus Hidup Lalat
Siklus hidup lalat berlangsung melalui metamorphose sempurna dari mulai telur, larva, pupa dan akhirnya menjadi dewasa7.
a. Telur
Telur yang dihasilkan berbentuk oval, berwarna putih dan berukuran 10 mm dan bisa mengelompok sebanyak 75-150 telur setiap kelompoknya. Telur diletakkan pada bahan bahan organik yang lembab (sampah, kotoran binatang dan lain-lain) pada tempat yang tidak langsung kena sinar matahari dan biasanya telur menetas setelah 12 jam, tergantung dari suhu sekitarnya.
b. Larva atau tempayak
Tingkat I : Telur yang baru menetas, disebut istar I berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit keluar istar II. Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari, kulit mengelupas keluar instar III. Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu sampai 3 sampai 9 hari. Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan temperatur 30- 35 0C dan akan berubah menjadi kepompong dalam waktu 4- 7hari.
c. Pupa atau kepompong.
Kepompong lalat berbentuk lonjong dan umumnya berwarna merah atau coklat. Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari dan temperatur yang disukai ± 350C, kalau stadium ini sudah selesai, melalui celah lingkaran pada bagian anterior keluar lalat muda.
d. Lalat dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.
3. Bionomik Lalat
a. Kebiasaan Hidup
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut menjilat, Lalat Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan kandang ternak. Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan berkembangbiak di dalam bangkai, meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larva makan dari jaringan-jaringan yang membusuk7.
b. Tempat Perindukan
Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor, sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian busuk menjadi tempat yang disenangi lalat7.
c. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berkembang biak7.
d. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya,kotoran manusia serta darah. Protein diperlukan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang kering yang dibasahi atau dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu baru dihisap7. Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari 0,045 mm, sebelum dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari mulutnya yang mengandung enzim seperti halnya butir-butir gula pasir yang dilarutkan dengan air liurnya dan kemudian larutan gula dihisap7.
e. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat pada tempat-tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langitlangit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya terlindung dari angin, di rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-langit, lantai, jemuran dan dinding serta tidak aktif pada malam hari.
f. Lama Hidup
Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya mencapai 70 hari7.
g. Temperatur dan Kelembaban
Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 15 0C dan aktifitas optimumnya pada temperatur 21 0C, lalat memerlukan suhu sekitar 35º- 40 0C untuk beristirahat, dan pada temperatur di bawah 10 0C lalat tidak aktif dan di atas 45 0C terjadi kematian pada lalat7. Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Kelembaban berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musih hujan lebih banyak dari pada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makanan pada waktu kecepatan angin tinggi7.
h. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung pada temperatur dan kelembaban. Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 ºC–25 ºC dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 ºC atau > 49 ºC serta kelembaban yang optimum 90 %7.
i. Karakteristik Lalat
Lalat Musca domestica mempunyai ciri-ciri antara lain tubuh berwarna kelabu hitam, ukuran 6-7 mm, pada punggung terdapat empat garis longitudional berwarna hitam8. Permukaan scutellum biasanya tanpa rambut-rambut lurus, umumnya mempunyai lebih dari satu rambut sternopleural, dapat ditemukan disemua tempat, berperan penting sebagai hama, ada yang bertindak sebagai vektor penyakit7. Lalat kandang (stomoxys calcitrans) sangat mirip dengan lalat rumah. Lalat ini berkembangbiak dalam tumpukan-tumpukan jerami yang membusuk. Lalat hijau berukuran dengan ukuran lalat rumah atau sedikit lebih besar, dan banyak yang berwarna biru atau hijau metalik dan mempunyai arista sungut plumose pada ujung ujungnya7. Lalat daging (Sarcophaga) sangat mirip dengan beberapa lalat hijau tetapi umumnya kelihatan dengan garis-garis toraks yang kelabu dan mempunyai arista telanjang atau hanya separuh dasar yang plumosa. Lalat hijau biasanya mempunyai dua rambut-rambut bulu notopleura dan lalat daging biasanya mempunyai empat rambut-rambut bulu notopleura
j. Warna dan Aroma
Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih dan kuning, lalat juga takut pada warna biru. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu, termasuk bau busuk dan esen buah8. Bau sangat berpengaruh pada alat indra penciuman, yang mana bau merupakan stimulus utama yang menuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau yang menyengat. Organ komoreseptor terletak pada antena, maka serangga dapat menemukan arah datangnya bau6.
4. Jenis–jenis Lalat di Indonesia
a. Lalat Rumah (Musca domestica)
Lalat ini termasuk ke dalam famili Muscidae, sebaranya diseluruhdunia. Lalat ini berukuransedang, panjangnya 6-8 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang gelap pada bagian dorsaltoraks. Antena terdiri dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar,berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulupada bagian atas dan bawah. Lalat rumah makanannya sangatbervariasi, dan cara makannya pun tergantung pada keadaan fisik bahan makanan7.Di daerah tropika, lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 30 0C dalam satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa. Telur berbentuk seperti pisang, berwarna putih kekuningan, dan panjangnya kira-kira 1 mm. Betina bertelur dalam bentuk kelompok di dalam bahan organik yang sedang membusuk dan lembab tetapi tidak cairan. Kelembaban yang tinggi diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, mereka akan menetas dalam waktu 10-12 jam pada suhu 30 0C7.
Perkawinan terjadi diantara lalat setelah 24 jam pada yang jantan dan 30 jam pada yang betina. Telur kelompok pertama diletakkan setelah 2-3 hari pada suhu 30 0C, dengan jumlah telur 100-150 butir setiap oviposisi. Dalam kondisi alam, lalat rumah hidup hanya sekitar satu minggu, meletakkan telur hanya 2 atau 3 kelompok telur. Lalat betina bunting terbang ke arah tempat perindukan karena tertarik oleh bau CO2, ammonia, dan bau dari bahan yang sedang membusuk. Telurnya diletakkan jauh dari permukaan untuk menghindari proses kekeringan7.
b. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah. Lalat ini jarang dijumpai di permukiman, tetapi sangat umum pada peternakan sapi perah, atau sapi yang selalu di kandang. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian bawah. Baik yang jantan maupun yang betina menghisap darah7. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut meruncing untuk menusuk dan menghisap darah. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati vena 3. Antenanya terdiri dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas7. Lalat betina harus mendapatkan darah untuk produksi telur. Telur diletakkan pada habitat yang sesuai yaitu manur atau kotoran hewan yang telah bercampur dengan urin dan sisa makanan atau rumput. Bisa juga telur diletakkan pada sampah sayuran, kompos, potongan rumput, biji-bijian yang sedang membusuk, kotoran ayam atau ganggang laut yang menimbun di sepanjang pantai. Telur menetas dalam waktu beberapa hari. Tahap makan atau tahap larva berlangsung selama 1-3 minggu. Kemudian mengkerut di tempat yang lebih kering menjadi pupa. Stadium pendewasaan akan muncul dari pupa setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi optimal. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari. Lalat kandang termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukannya7.
c. Lalat Hijau (Calliphoridae)
Lalat Hijau termasuk ke dalam famili Calliphoridae. Lalat ini terdiri atas banyak jenis, umumya berukuran sedang sampai besar, dengan warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap. Biasanya lalat ini berkembangbiak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai, sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah mengandung kotoran hewan. Lalat ini jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-buahan. Beberapa jenis juga berkembang biak di tinjadan sampah hewan lainnya bertelur pada luka hewan dan manusia7. Di Indonesia, lalat hijau umumnya di derah pemukiman adalah Chrysomya Megacephala. Lalat jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. Ketika populasinya tinggi, lalat ini akan memasuki dapur, meskipun tidak sesering lalat rumah. Lalat ini banyak terlihat di pasar ikan dan daging yang berdekatan dengan kakus. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing kait pada bagian luar tubuhnya dan pada lambung lalat7.
Jenis lalat hijau lain yang juga ditemukan di Indonesia adalah Chrysomya bezziana, meskipun sangat jarang di daerah permukiman. Lalat ini banyak dijumpai di daerah ternak yang dilepaskan di padang gembalaan. Jenis lalat ini akan bertelur pada luka atau jaringan kulit yang sakit dan menyebabkan miyasis obligat pada manusia dan hewan. Jenis lainnya adalah Calliphora sp yang dikenal dengan nama blue bottles. Lalat ini lebih menyukai tinggal di daerah iklim sedang dan tidak umum dijumpai di Indonesia7.
d. Lalat Daging (Sarcophaga spp)
Lalat ini termasuk ke dalam famili Sarcophagidae. Lalat ini berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur. Lalat ini bersifat viviparus dan mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayursayuran yang sedang membusuk. Tahap larva makan berlangsung beberapa hari, kemudian keluar dari tempat makanya untuk populasi di daerah yang lebih kering. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lalat ini umum ditemukan di pasar dan warung terbuka, pada daging, sampah dan kotoran, tetapi jarang memasuki rumah. Lalat ini juga dilaporkan lambungnya mengandung telur cacing ascaris lumbricoides (cacing gilig) dan cacing cambuk (Trichuris trichuira)7.
e. Mimik (Drosophila)
Lalat ini berukuran kecil, jumlahnya bisa sangat banyak, mengganggu dan mengancam kesehatan manusia. Ketertarikannya terhadap buah dan sayuran, terutama bahan yang mengalami fermentasi. Lalat ini jadi pengganggu utama perusahaan pengalengan, pembuat bir, minuman dari anggur, serta pasar buah dan sayuran. Karena begitu banyak yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya lalat mulai dari sepotong buah yang dibuang di bawah bangku sampai sisa saus tomat di wadanya, lalat ini dapat menjadi masalah utama di restoran dan berbagai tempat pengolahan makanan termasuk dapur rumah tangga7. Lalat dewasa berukuran panjang 2,5-4,0 mm. Biasanya berwarna kuning kecoklatan. Telurnya diletakkan di tempat makan yang kelembabanya sesuai dengan jumlah rata-rata 25-35 butir telur per hari. Makanan yang sesuai untuk perkembangan larva termasuk buah yang terlampau masak dan sayur-sayuran, bahan yang mengalami fermentasi, alkohol, kaleng yang kotor berisi sisa susu atau minuman lainnya. Telur menetas dalam waktu 4 hari, tahap larva makan selama 4 hari, setelah itu keluar menuju tempat yang lebih kering untuk pupasi. Pupasi biasanya berlangsung selama 4 hari, sehingga seluruh siklus diperlukan 8-14 hari7. Mimik termasuk penerbang yang kuat dan sering kali aktif saat fajar menyingsing dan menjelang malam. Populasi yang besar dapat dibangun secara cepat dari sejumlah kecil makanan atau sampah, kadang-kadang ukurannya yang kecil dapat menembus kawat kasa jendela, dapat menjadi penganggu yang serius di pabrik pengolah makanan, dan menjadi pencemar makanan yang mengancam kesehatan manusia dan hewan7.
BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT dan BAHAN
1. Jarum
2. Mikrokop
3. Objek glass
4. Tissu
5. Pipet
6. Buah yang busuk
7. Asam asetik
8. Aquades
9. Lar.oesin
10. Lar. Linger C
11. Telur,larva dan pupa lalat
III.2 Cara Kerja
1. Dari media kultur diletakkan dalam cawan petri
2. Amati dikaca objek yang telah ditetesi larutan lingger c dengan menggunakan dua jarum yang dipegang dengan ke2 tangan dan menusuk kebagian anterior dan posterior larva keudian menarik secara berlwanan arah
3. Setelah mendapat kelenjar ludah lalat dibagian anterior menempel pada kelenjar ludah,bila ada dan menggunakan jarum.
4. Melepaskan kelenjar ludah diatas kaca objek yang telah ditetesi asetik acid dan didiamkan selama 2-3 menit dalam keadaan tertutup cover glass
5. Memegang objek glass dengan satu tangan dan sentuhkan tangan stu ketangan sebelahnya,letakkan kaca objek
6. Kemudian lanjutkan objek glass pada meja dan mengetuk-ngetukkan tepi objek glass dengan pinset
7. Menaruh objek glss diselipka tissu untuk mengeringkn larutan yang keluar dengan tissu pada jung objek glass,menetesi objek glass dengan larutan oesin pada ujung lainya .
8. Lalu diamkan selama 30-60 menit.
9. Amati kromosom dibawah mikroskop dan selanjutnya amati jenis kelamin lalat buah
10. Letakkan objek gllas dimja dan mengetuk-ngetuk tepi objek glass dengan pinset
11. Letakkan objek glass,dilap dengn tisu untuk mengeringkan larutan yang keluar.
(Jarot Marcel S.Si)
|
BAB IV
HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini praktikan hanya mengamati dua jenis lalat yaitu lalat Rumah (Musca domestica) an lalat buah (Diosaphila sp.)
Musca Domestica Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C
atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat
organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering)
sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung
seperti kandang ternak dan gudang-gudang.
Sedangkan lalat buah mengalami siklus hidup sempurna (Holometabola). Telur lalat buah berbentuk panjang,warnanya putih,ukuranya1-2 mm dan lebarnya 0,2 mm serta jumlahnya sekitar 15 butir.larva lalat buah berwarna ptih,berbentuk bulat ,panjang 5-10mm dengan ekor runcing yang hidup didalam daging buah.Kepala larva lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut ,mempunyai tiga ruas thoraks dan delapan ruas abdomen.
Pupa lalat buah berbentuk silindris 4,8 – 5 mm,lebar 1,6-1,9 mm puparium awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan.
IV.2 .1 Lalat sebagai Vektor Penyakit
a. Lalat sebagai pembawa penyakit pada manusia
Lalat rumah merupakan pemakan yang berbau busuk, biasanya juga memakan bahan berbentuk cairan seperti sirup, susu, buahbuahan, sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran dan air. Lalat memakan makanan yang kering dengan bantuan air liurnya kemudian dihisap kembali, sehinga lalat sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit. Lalat dapat menyebarkan penyakit karena mereka makan sangat bebas, makanan manusia dan sisa makanan yang dibuang.
b. Lalat sebagai penyebab miyasis
Miyasis adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu dan larva lalat tersebut memakan jaringan yang masih sehat maupun sisa-sisa jaringan yang telah mati.
c. Lalat sebagai pengganggu kenyamanan
c . Pemberantasan lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi :
a). Tindakan penyehatan lingkungan
- Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
- Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat
b). Membasmi larva lalat
c). Membasmi lalat dewasa
d). Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan
Ini harus bertujuan melenyapkan semua tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil, disamping usaha mencegah transmisi penyakit.
Tindakan-tindakan yang perlu diambil meliputi :
1). Melenyapkan atau memperbaiki semua kakus-kakus dan cara-cara pembianang excrota manusia yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, terutama yang memungkinkan lalat langsung berkotak dengan excreate manusia.
2). Garbage harus dibuang dalam tempat sampah yang tertutup. Cara pembuangan sampah harus tidak memungkinkan sampai sampah menjadi sarang lalat. Cara yang baik ialah sanitary landfill dan incineration. Pada Sanitary Landfill tanah yang menutup lapisan sampah harus didapatkan supaya lalat yang keluar dari pupa yang sudah ada tidak bisa menembus keluar tanah yang padat itu.
3).Industri dan perusahaan-perusahaan pada mana terhadap kumpulankumpulan kotoran hewan atau zat-zat organik lain yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat harus ditimbun dan membuangnya dengan cara yang mencegah pembiakan lalat didalamnya. Ini berlaku untuk abattoir, peternakan ayam, babi dan hewan lain, perusahaan-perusahaan makanan dan semua perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sisa-sisa sayuran dan bahan dari hewan .Juga sewage-treatment plant harus diawasi terutama tentang cara-cara pembuangan kotoran yang tersaing dan sludge.
4).Rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar merupakan tempat perlindungan untuk lalat dan membuat usaha fogging atau misting dengan insektisida kurang effektif. Disamping itu rumput yang tinggi dapat menutupi timbunantimbunan dari zat-zat organik yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Karena itu rumput harus dipotong pendek dan tumbuhan-tumbuhan liar dicabut dan dibuang dari pekarangan-pekarangan dan lapangan-lapangan
terbuka.
b).Pembasmian larva lalat
Kotoran hewan ternak kalau setiap hari diangkat dari kandang lalu segera disebarkan diatas lapangan terbuka atau ditimbun dalam tempat-tempat yang tertutup rapat sehingga tidak masuk lalat akan tidak memungkinkan lalat berkembang biak didalamnya. Keadaan kering akan mematikan larva dan bahanbahan organik yang kering tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur. Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi)atau insektisida lain (Ronnel, DDVP).
c). Pembasmian lalat dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara :
1). dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents.
2). diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
3). Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
4). Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5). Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) :
Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai :
Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat tosis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara disetujui dengan air dan sabun.
d). Umpan lalat
Lalat dewasa bisa juga dimatikan dengan umpan dicampur dengan insektisida.
Umpan itu diletakkan di tempat-tempat dimana biasanya banyak lalat berkumpul. Sebagai umpan dipakai gula, dalam bentuk kering atau basah. Yang bisa dipakai ialah : Diazinon, malathion, ronnel, DDVP, Dibrom, Bayer L13/59.Umpan lalat tidak boleh dipakai didalam rumah.
IV.2 PEMBAHASAN
Pada
praktikum ini praktikan hanya mengamati dua jenis lalat yaitu lalat Rumah
(Musca domestica) an lalat buah (Diosaphila sp.)
Musca Domestica Ini jenis lalat
yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya
sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya
yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis
lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari
sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium
larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk
oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur.
Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada
bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur
ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh
ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari,
larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang
terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi
pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa
berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan
berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang
kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari
pada suhu 350C
atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa
keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan
sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam
waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. sampah yang
ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat
organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang
penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam
waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar
tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa
hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka
paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim
dingin (over wintering)
sebagai lalat dewasa, dan berkembang
biak di tempat-tempat yang relatif terlindung
seperti kandang ternak dan gudang-gudang.
Sedangkan lalat buah
mengalami siklus hidup sempurna (Holometabola). Telur lalat buah
berbentuk panjang,warnanya putih,ukuranya1-2 mm dan lebarnya 0,2 mm serta
jumlahnya sekitar 15 butir.larva lalat buah berwarna ptih,berbentuk bulat
,panjang 5-10mm dengan ekor runcing yang hidup didalam daging buah.Kepala larva
lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut
,mempunyai tiga ruas thoraks dan delapan ruas abdomen.
Pupa lalat buah berbentuk silindris 4,8 – 5 mm,lebar
1,6-1,9 mm puparium awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi
kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan.
IV.2 .1 Lalat sebagai Vektor Penyakit
a.
Lalat sebagai
pembawa penyakit pada manusia
Lalat rumah merupakan pemakan
yang berbau busuk, biasanya juga memakan bahan berbentuk cairan seperti sirup,
susu, buahbuahan, sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran dan air. Lalat
memakan makanan yang kering dengan bantuan air liurnya kemudian dihisap
kembali, sehinga lalat sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit. Lalat
dapat menyebarkan penyakit karena mereka makan sangat bebas, makanan manusia
dan sisa makanan yang dibuang.
b. Lalat sebagai penyebab miyasis
Miyasis adalah investasi larva
lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan yang masih hidup untuk
jangka waktu tertentu dan larva lalat tersebut memakan jaringan yang masih
sehat maupun sisa-sisa jaringan yang telah mati.
c. Lalat sebagai pengganggu kenyamanan
c . Pemberantasan lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi :
a). Tindakan penyehatan lingkungan
- Menghilangkan tempat-tempat
pembiakan lalat
- Melindungi makanan terhadap
kontaminasi oleh lalat
b). Membasmi larva lalat
c). Membasmi lalat dewasa
d). Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan
Ini harus bertujuan melenyapkan
semua tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil, disamping
usaha mencegah transmisi penyakit.
Tindakan-tindakan yang perlu diambil meliputi :
1). Melenyapkan atau memperbaiki semua kakus-kakus dan
cara-cara pembianang excrota manusia yang tidak memenuhi syarat-syarat
kesehatan, terutama yang memungkinkan lalat langsung berkotak dengan excreate manusia.
2). Garbage harus dibuang dalam tempat sampah yang
tertutup. Cara pembuangan sampah harus tidak memungkinkan sampai sampah menjadi
sarang lalat. Cara yang baik ialah sanitary landfill dan incineration. Pada
Sanitary Landfill tanah yang menutup lapisan sampah harus didapatkan supaya
lalat yang keluar dari pupa yang sudah ada tidak bisa menembus keluar tanah
yang padat itu.
3).Industri dan perusahaan-perusahaan pada mana terhadap
kumpulankumpulan kotoran hewan atau zat-zat organik lain yang bisa menjadi
tempat pembiakan lalat harus ditimbun dan membuangnya dengan cara yang mencegah
pembiakan lalat didalamnya. Ini berlaku untuk abattoir, peternakan ayam, babi
dan hewan lain, perusahaan-perusahaan makanan dan semua perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan sisa-sisa sayuran dan bahan dari hewan .Juga sewage-treatment
plant harus diawasi terutama tentang cara-cara pembuangan kotoran yang tersaing
dan sludge.
4).Rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar merupakan tempat
perlindungan untuk lalat dan membuat usaha fogging atau misting dengan
insektisida kurang effektif. Disamping itu rumput yang tinggi dapat menutupi
timbunantimbunan dari zat-zat organik yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat.
Karena itu rumput harus dipotong pendek dan tumbuhan-tumbuhan liar dicabut dan
dibuang dari pekarangan-pekarangan dan lapangan-lapangan
terbuka.
b).Pembasmian larva lalat
Kotoran hewan ternak kalau setiap hari diangkat dari
kandang lalu segera disebarkan diatas lapangan terbuka atau ditimbun dalam
tempat-tempat yang tertutup rapat sehingga tidak masuk lalat akan tidak memungkinkan
lalat berkembang biak didalamnya. Keadaan kering akan mematikan larva dan
bahanbahan organik yang kering tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur.
Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai
emulsi)atau insektisida lain (Ronnel, DDVP).
c). Pembasmian lalat dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan
udara :
1). dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum
dengan synergizing agents.
2). diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan
dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten
terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga
dilakukan.
3). Residual spraying dengan organo phosphorus
insecticides seperti : Diazinon1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel
1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik
lalat.
4). Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai
untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang
sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia,
makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5). Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated
Cords) :
Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali
yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah,
cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali
hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini
dipakai :
Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat tosis untuk manusia, hanya
orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati,
dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Kalau kulit terkena
kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara
disetujui dengan air dan sabun.
d). Umpan lalat
Lalat dewasa bisa juga
dimatikan dengan umpan dicampur dengan insektisida.
Umpan itu diletakkan di tempat-tempat dimana biasanya
banyak lalat berkumpul. Sebagai umpan dipakai gula, dalam bentuk kering atau
basah. Yang bisa dipakai ialah : Diazinon, malathion, ronnel, DDVP,
Dibrom, Bayer L13/59.Umpan lalat tidak boleh dipakai didalam rumah.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
a.
Musca Domestica Ini
jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah.
Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit
disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan
hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang
terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah
muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur
putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.Setiap kali bertelur
diletakkan 75-150 telur.
b.
Sedangkan lalat
buah mengalami siklus hidup sempurna
(Holometabola). Telur lalat buah berbentuk panjang,warnanya putih,ukuranya1-2 mm
dan lebarnya 0,2 mm serta jumlahnya sekitar 15 butir.larva lalat buah berwarna
ptih,berbentuk bulat ,panjang 5-10mm dengan ekor runcing yang hidup didalam
daging buah.Kepala larva lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang jelas
merupakan alat kait mulut ,mempunyai tiga ruas thoraks dan delapan ruas
abdomen. Pupa lalat buah berbentuk silindris 4,8 – 5 mm,lebar 1,6-1,9 mm
puparium awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya menjadi coklat kemerahan.
VI.2
Saran
Untuk
menghindari penyakit akibat lalat sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan diri
sendiri dan lingkungan sekitar kita .
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
a. Musca Domestica Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur.
b. Sedangkan lalat buah mengalami siklus hidup sempurna (Holometabola). Telur lalat buah berbentuk panjang,warnanya putih,ukuranya1-2 mm dan lebarnya 0,2 mm serta jumlahnya sekitar 15 butir.larva lalat buah berwarna ptih,berbentuk bulat ,panjang 5-10mm dengan ekor runcing yang hidup didalam daging buah.Kepala larva lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut ,mempunyai tiga ruas thoraks dan delapan ruas abdomen. Pupa lalat buah berbentuk silindris 4,8 – 5 mm,lebar 1,6-1,9 mm puparium awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan.
VI.2 Saran
Untuk menghindari penyakit akibat lalat sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar kita .
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber
Widya,1990.
Adong Iskandar, Pemberantasan Serangga dan Binatang Penggangu, Jakarta,
DepKes RI, 1989.
Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PLP, Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan
Lalat, Jakarta, 1992
2 komentar:
halo dapat dri daftar pustaka yang mana ya jenis2 lalatnya?
Salam kenal,
Kak mau tanya kalau masalah mitos lalat menurut kakak bagaimana?
Posting Komentar